1.
Pengetahuan Berbasis Agen
Agen Berbasis Pengetahuan, Knowledge Base (KB)
menyatakan apa yang “diketahui” oleh si agent Pendekatan deklaratif membangun
agent: “beritahu” informasi yang relevan, simpan dalam KB. Agen dapat ditanya
(atau bertanya diri sendiri) apa yang sebaiknya dilakukan berdasarkan KB. Maka
sebuah agen berbasis pengetahuan harus bisa mereprentasikan world, state,
action, dst. Menerima informasi baru (dan meng-update representasinya).
Menyimpulkan pengetahuan lain yang tidak eksplisit (hidden property). q
Menyimpulkan action apa yang perlu diambil.
Agen
Berbasis Pengetahuan atau Knowledge Base (KB) merupakan Himpunan representasi
fakta yang diketahui tentang lingkungannya. Tiap fakta disebut sebagai
sentence. Fakta tersebut dinyatakan dalam bahasa formal sehingga bisa diolah,
menambahkan sentence baru ke KB. Inference Engine merupakan menentukan fakta
baru yang dapat diturunkan dari pengetahuan yang sudah ada dalam KB.
Agen
Berbasis Pengetahuan dalam representasi, agent dapat dipandang dari knowledge
level. Apa saja informasi yang diketahui? Misal sebuah robot “mengetahui” bahwa
gedung B di antara gedung A dan gedung C. Agent dapat dipandang dari
implementation level Bagaimana representasi informasi yang diketahuinya?
Logical sentence di_antara(gdB, gdA, gdC). Natural language “Gedung B ada di
antara gedung A dan gedung C”.
Agen
Berbasis Pengetahuan, pilihan representasi berpengaruh terhadap apa yang bisa
dilakukan inference engine. Pada pendekatan deklaratif programmer memberitahu
agent informasi tentang environment. Kalau informasi kurang, agen bisa
melengkapinya sendiri. Jika dibandingkan dengan pendekatan prosedural
programmer secara eksplisit memrogram agen untuk bertindak. Sehingga bagaimana
jika program tidak benar, maka akan besar kemungkinan menyebabkan kesalahan.
Agen
Berbasis Pengetahuan, permasalahannya adalah bagaimana representasi yang tepat,
sehingga ada dua hal yang harus diperhatikan expressive bisa menyatakan fakta
tentang environment, Tractable bisa mengolah/ memproses inference engine
(dengan cepat). Knowledge merupakan power atau kekuatan dari pemrograman secara
deklaratif. Representasi dan penalaran membentuk suatu Intelligence.
2.
Logika
Secara
etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikosyang berasal
dari kata benda logos. Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata
logikos, berarti mengenal kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan
ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatan bahwa logika adalah
suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutrakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa.
3.
Logika Proposi / Logika Sederhana
a. Sintaks
· Jika S adalah kalimat, ⌐S adalah kalimat
(negasi)
· Jika
S1 dan S2 adalah kalimat, S1 Ʌ S2 adalah kalimat (conjunction)
· Jika
S1 dan S2 adalah kalimat, S1 V S2 adalah kalimat (disjunction)
· Jika Jika
S1 dan S2 adalah kalimat, S1 → S2 adalah kalimat (implication)
· Jika
S1 dan S2 adalah kalimat, S1 ↔ S2 adalah kalimat (biconditional)
Semantik
· Sebuah model memberi nilai true/ false
terhadap setiap proposisi, misal P1,2 = true, P2,2 = true, P3.1 = false.
· Sebuah proses rekursif bisa mengevaluasi
kalimat sembarang: ⌐P1,2 Ʌ (P2,2 V P3,1) = true Ʌ (false V true) = true Ʌ true
= true.
c. Inferensi
bisa dilakukan menggunakan tabel kebenaran untuk
membuktikan entailment dari suatu knowledge. Sehingga kita dapat membuktikan
apakah KB |= α1 menggunakan tabel kebenaran (sejenis model checking), di mana
α1 menyatakan kamar di [1, 2] aman.
d. Ekuivalen
Berdasarkan
kamus besar Bahasa Indonesia kata ekuivalen itu bermakna nilai yang sebanding.
Jadi dalam formula logika proposisi. Terdapat formula-formula yang memiliki
operator logika yang berbeda tetapi nilai kebenaran dari formula tersebut
bernilai sama, entah itu bernilai TRUE atau FALSE.
e. Validitas
Konklusi
sebaiknya diturunkan dari premis-premis atau premis-premis selayaknya
mengimplikasikan konklusi. Dalam argumentasi yang valid, konklusi akan bernilai
benar jika setiap premis yang digunakan di dalam argumen juga bernilai benar.
Jadi validitas argumen tergantung pada bentuk argumen itu dan dengan bantuan
tabel kebenaran.Konklusi itu benar jika mengikuti hukum-hukum logika yang valid
dari aksioma-aksioma sistem itu, dan negasinya adalah salah. Untuk menentukan
validitas suatu argumen dengan selalu mengerjakan tabel kebenarannya tidaklah
praktis. Cara yang lebih praktis banyak bertumpu pada tabel kebenaran dasar dan
bentuk kondisional. Bentuk argumen yang paling sederhana dan klasik adalah
Modus ponens dan Modus tolens.
4.
Pola Penalaran pada Logika Proposisi
· forward chaining :
aplikasi
rule yang premise-nya diketahui benar dalam KB, kemudian tambahkan
conclusionnya ke dalam KB, ulangi sampai query (Q) terbukti. Sehingga bisa
dikatakan kinerja dari forward chaining merupakan metode bottom up dari fakta
menuju konklusi.
· backward chaining:
digunakan untuk membuktikan query (Q), dengan
cara memeriksa Q jika sudah diketahui, atau secara rekursif, dengan membuktikan
semua premise rule yang conclusion-nya Q (dikenal sebagai metode top down).
Dalam
backward chaining ada beberapa hal yang perlu diketahui :
· Menghindari loop : dengan cara
memeriksa apakah sub-goal yang baru sudah ada di goal stack.
· Menghindari perulangan pekerjaan :
periksa apakah sub-goal yang baru sudah dibuktikan benar atau sudah dibuktikan
salah.
5.
Inferensi Proposisi yang Efektif
1. Algoritma Backtraking
Algoritma
backtracking merupakan salah satu metode pemecahan masalah yang termasuk dalam
strategi yang berbasis pencarian pada ruang status. Algoritma backtracking
bekerja secara rekursif dan melakukan pencarian solusi persoalan secara
sistematis pada semua kemungkinan solusi yang ada. Oleh karena algoritma ini
berbasis pada algoritma Depth-First Search (DFS), maka pencarian solusi
dilakukan dengan menelusuri struktur berbentuk pohon berakar secara preorder.
Algoritma backtracking merupakan bentuk tipikal
dari algoritma rekursif.Saat ini algoritma backtracking banyak
diterapkan untuk program games (seperti permainan tic-tac-toe, menemukan jalan
keluar dalam sebuah labirin, catur, dll) dan masalah-masalah pada bidang kecerdasan buatan (artificial
intelligence).
6.
Agen Berbasis Logika Proposisi
Agen
logika merupakan agen yang memiliki kemampuan bernalar secara logika. Ketika
beberapa solusi tidak secara eksplisit diketahui, maka diperlukan suatu agen
berbasis logika. Logika sebagai Bahasa Representasi Pengetahuan memiliki
kemampuan untuk merepresentasikan fakta sedemikian sehingga dapat menarik
kesimpulan (fakta baru, jawaban). Sedangkan pengetahuan merupakan komponen yang
penting, sehingga terdapat perbedaan jika diterapkan pada dua agent, yakni
problem solving agent dan knowledge-based agent.
Perbedaan
dua agent, problem solving agent dan knowledge-based agent. Problem solving
agent memilih solusi di antara kemungkinan yang ada. Apa yang ia “ketahui”
tentang dunia, pengetahuannya tidak berkembang untuk mencapai problem solution
(initial state, successor function, goal test) tetapi jika Knowledge-based
agent lebih “pintar”. Ia “mengetahui” hal-hal tentang dunia dan dapat melakukan
reasoning (berpikir, bernalar) mengenai Hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya
(imprefect/ partial information). Tindakan yang paling baik untuk diambil (best
action).
Sumber:
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/10/definisi-logika.html
http://yogipratama97.blogspot.co.id/2016/10/pengenalan-logical-agents.html
http://kadekdimas.blogspot.co.id/2015/12/algoritma-backtraking.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar