1.
Pembelajaran dan pengamatan
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi.
Pengamatan atau observasi adalah
aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
melanjutkan suatu penelitian.
2.
Bentuk pembelajaran
a.
Menumbuhkan motivasi belajar anak
Motivasi
berkaitan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan anak didik. Upaya menumbuhkan
motivasi intrinsik yang dilakukan guru adalah mendorong rasa ingin tahu,
keinginan mencoba, dan sikap mandiri anak didik. Sedangkan bentuk motivasi
ekstrinsik adalah dengan memberikan rangsangan berupa pemberian nilai tinggi
atau hadiah bagi siswa berprestasi dan sebaliknya.
b.
Mengajak anak didik beraktivitas
Adalah
proses interaksi edukaktif melibatkan intelek-emosional anak didik untuk
meningkatkan aktivitas sehingga motivasi akan meningkat. Bentuk pelaksanaanya
adalah mengajak anak didik melakukan aktivitas atau bekerja di laboratorium, di
kebun/lapangan sebagai bagian dari eksplorasi pengalaman, atau mengalami
pengalaman yang sam sekali baru.
c.
Mengajar dengan memperhatikan
perbedaan individual
Proses
kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan memahami kondisi masing-masing anak
didik. Tidak tepat jika guru menyamakan semua anak didik karena setiap anak
didik mempunyai bakat berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang
bervariasi. Seorang anak didik yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh.
Kemudian menyimpulkan semua anak didik yang hasil belajarnya jelek dikatakan
bodoh. Kondisi demikian tidak dapat dijadikan ukuran, karena terdapat beberapa
faktor penyebab anak memiliki hasil belajar buruk, antara lain; faktor
kesehatan, kesempatan belajar dirumah tidak ada, sarana belajar kurang, dan
sebagainya.
d.
Mengajar dengan umpan balik
Bentuknya
antara lain; umpan balik kemampuan prilaku anak didik (perubahan tigkah laku
yang dapat dilihat anak didik lainnya, pendidik atau anak didik itu sendiri),
umpan balik tentang daya serap sebagai pelajaran untuk diterapkan secara aktif.
Pola prilaku yang kuat diperoleh melalui partisipasi dalam memainkan peran
(role play).
e.
Mengajar dengan pengalihan
Pengajaran
yang mengalihkan (transfer) hasil belajar kedalam situasi-situasi nyata. Guru
memilih metode simulasi (mengajak anak didik untuk melihat proses kegiatan
seperti cara berwudlu dan sholat) dan metode proyek (memberikan kesempatan anak
untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari untuk bertukar
pikiran baik sesama kawan maupun guru) untuk pengalihan pengajaran
yang bukan hanya bersifat ceramah atau diskusi, tetapi mengedepankan situasi
nyata.
f.
Penyusunan pemahaman yang logis
dan psikologis
Pengajaran
dilakukan dengan memilih metode yang proporsional. Dalam kondisi tertentu guru
tidak dapat meninggalkan metode ceramah maupun metode pemberian tugas kepada
anak didik. Hal ini dilakukan sesuai dengan kondisi materi pelajaran.
3.
Pembelajaran induktif
Pembelajaran
induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif adalah sebuah
pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir
kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi
informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang
akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan
pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran
induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini
membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya.
Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun
pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide.
Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung
pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru
harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
Struktur
sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan
untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif
mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas
dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya,
membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat
menjatuhkan semangat belajar.
Model
ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1.
Kemampuan berpikir dapat diajarkan
2.
Berpikir merupakan suatu transaksi aktif
antara individu dengan data. Artinya, dalam seting kelas,
bahan-bahan
ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu.
Dalam
seting tersebut, dimana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu
sistem konsep,yaitu:
Saling
menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat
kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut
Menarik
kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka
membangun hipotesis,dan
Memprediksi
dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu
proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut
3.
Proses berpikir merupakan suatu urutan
tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan
berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan
urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan
ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan
tersebut.
Berpikir
induktif melibatkan tiga tahapan yang dikembangkan tiga strategi cara
mengajarkannya.
a.
Konsep
pembentukan (belajar konsep)
Tahap
ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang
yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).
Langkah-langkah
:
1.
Membuat daftar konsep
2.
Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama
3.
Pemberian label atau kategorisasi
b.
Interpretasi data Strategi
Keduanya
merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data.
Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Langkah-langkah:
1.
mengidentifikasi dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya.
2.
menjelaskan dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya
3.
Membuat kesimpulan
c.
Penerapan prinsip-prinsip
Strategi
ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat
merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya
mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu
situasi permasalahan yang berbeda. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu
prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
Langkah-Langkah:
1.
Membuat hipotesis, memprediksikonsekuensi
2.
Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi.
3.
Menguji hipotesis/prediksi
Peran Guru Dalam
Model Pembelajaran Induktif
Saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru
telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan
mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif
memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru juga
harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang
diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa-siswanya. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran induktif juga bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang
digunakan oleh guru serta kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan
analisis terhadap contoh/ilustrasi yang diberikan.
Kelebihan Model
Pembelajaran Induktif
Pada
model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi
informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang
akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Ketika
siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi
yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan
adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa denganguru
Model
pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih
mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab tersebut.
Kelemahan Model
Pembelajaran Induktif
Model
ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga
kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam
memberikan ilustrasi-ilustrasi.
Tingkat
keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada
keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru
harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir
Model
pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa
menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman
dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak
terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secarasempurna
Saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru
harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas
dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat
berkembangoptimal.
Guru
harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang
diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar
siswa.
Kesuksesan
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif
bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
Pembelajaran
tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak
mempunyai pilihan dalam proses induktif
4.
Pohon keputusan pembelajaran
POHON KEPUTUSAN
Pohon
keputusan adalah salah satu metode klasifikasi yang paling popular karena mudah
untuk diinterpretasi oleh manusia. Konsep dari pohon keputusan adalah mengubah
data menjadi pohon keputusan dan aturan-aturan keputusan.
Gambar: Konsep Pohon Keputusan
Data
dalam pohon keputusan biasanya dinyatakan dalam bentuk tabel dengan atribut dan
record. Atribut menyatakan suatu parameter yang dibuat sebagai kriteria dalam
pembentukan tree
Proses
pada pohon keputusan adalah mengubah bentuk data (tabel) menjadi
model pohon, mengubah model pohon menjadi rule, dan menyederhanakan rule.
Manfaat utama dari penggunaan pohon keputusan adalah kemampuannya untuk membreak
down proses pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih simpel sehingga
pengambil keputusan akan lebih menginterpretasikan solusi dari permasalahan.
Pohon Keputusan juga berguna untuk mengeksplorasi data, menemukan hubungan
tersembunyi antara sejumlah calon variabel input dengan sebuah variabel target.
Pohon
keputusan merupakan himpunan aturan IF...THEN. Setiap path dalam tree
dihubungkan dengan sebuah aturan, di mana premis terdiri atas sekumpulan
node-node yang ditemui, dan kesimpulan dari aturam terdiri atas kelas yang
terhubung dengan leaf dari path.
Gambar: Konsep Dasar Pohon
Keputusan
Bagian
awal dari pohon keputusan ini adalah titik akar (root), sedangkan setiap cabang
dari pohon keputusan merupakan pembagian berdasarkan hasil uji, dan titik akhir
(leaf) merupakan pembagian kelas yang dihasilkan.
Pohon
keputusan mempunyai 3 tipe simpul yaitu:
1.
Simpul akar, dimana tidak memiliki cabang yang masuk dan memiliki cabang lebih
dari satu, terkadang tidak memiliki cabang sama sekali. Simpul ini biasanya
berupa atribut yang paling memiliki pengaruh terbesar pada suatu kelas
tertentu.
2.
Simpul internal, dimana hanya memiliki 1 cabang yang masuk, dan memiliki lebih
dari 1 cabang yang keluar.
3.
Simpul daun, atau simpul akhir dimana hanya memiliki 1 cabang yang masuk, dan
tidak memiliki cabang sama sekali dan menandai bahwa simpul tersebut merupakan
label kelas.
Tahap
awal dilakukan pengujian simpul akar, jika pada pengujian simpul akar
menghasilkan sesuatu maka proses pengujian juga dilakukan pada setiap cabang
berdasarkan hasil dari pengujian. Hal ini berlaku juga untuk simpul internal
dimana suatu kondisi pengujian baru akan diterapkan pada simpul daun. Pada
umumnya proses dari sistem pohon keputusan adalah mengadopsi strategi pencarian
top-down untuk solusi ruang pencariannya. Pada proses mengklasifikasikan sampel
yang tidak diketahui, nilai atribut akan diuji pada pohon keputusan dengan cara
melacak jalur dari titik akar sampai titik akhir, kemudian akan diprediksikan
kelas yang ditempati sampel baru tersebut.
Pohon
keputusan banyak digunakan dalam proses data mining karena memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1.
Tidak memerlukan biaya yang mahal saat membangun algoritma.
2.
Mudah untuk diinterpetasikan.
3.
Mudah mengintegrasikan dengan sistem basis data.
4.
Memiliki nilai ketelitian yang lebih baik.
5.
Dapat menemukan hubungan tak terduga dan suatu data.
6.
Dapat menggunakan data pasti/mutlak atau data kontinu.
7.
Mengakomodasi data yang hilang.
5.
Pembelajaran ensemble
Kenyataan
bahwa pendekatan ensemble learning mampu memberikan solusi prediksi yang lebih
akurat daripada model-model tunggal dapat ditemui dari berbagai paper di jurnal
ilmiah. Teknik-teknik ensemble yang mengandalkan variasi dari pendekatan random
forest dan boosting mampu memberikan prediksi dengan akurasi yang sangat baik.
Random forest bekerja dengan membuat model-model penyusun ensemble sedemikian
rupa sehingga berbagai kemungkinan dapat terakomodir secara maksimal, sedangkan
boosting bekerja secara iterative sehingga kasus-kasus yang tidak mudah
diprediksi menjadi bukan masalah lagi.
Kemampuan
pendekatan ensemble ini tidak hanya tertuang pada berbagai paper ilmiah, namun
juga dapat dilihat pada penyelesaian kasus-kasus aplikatif seperti yang dapat
dilihat pada kompetisi data science Kaggl. Kompetisi ini terbuka bagi pegiat
data science dan data mining untuk memberikan solusi prediktif dari kasus-kasus
yang disampaikan oleh banyak perusahaan besar berskala internasional.
Setiap
tim atau individu dipersilakan mengembangkan solusi dan menyajikan prediksinya
untuk kemudian dinilai. Mereka yang memberikan prediksi dengan akurasi yang
paling tinggi yang dinyatakan sebagai pemenang. Peringkat tiga besar dalam lima
tahun terakhir dari kompetisi ini didominasi oleh mereka yang menggunakan
pendekatan ensemble yang digabungkan dengan berbagai macam algoritma dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar