|

Nama : Rizka Andriani
Muhamad
Kelas : 1 KA 08
Npm : 16115120
Latar Belakang
Gorontalo
adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung
Gorontalo (Hulontalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya
Gorontalo di Sulawesi Utara.
Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah di
Era Reformasi, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000,
tertanggal 22 Desember 2000
dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia. Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota
Hulontalo) yang terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah".
Provinsi
Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat dari
Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.435,00 km² dengan
jumlah penduduk sebanyak 1.097.990 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 88
jiwa/km². Provinsi Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis yang berbentuk Pohala'a
(Keluarga), di antaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis Hulontalo), Pohala'a Suwawa
(Etnis Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis
Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis Atinggola) yang seluruhnya
dikategorikan kedalam suku Gorontalo atau Suku
Hulontalo. Ditengarai, penyebaran Diaspora Orang Gorontalo telah
mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya sekarang yang tersebar di seluruh
dunia. Meskipun terbilang muda perihal pemekaran daerah, sebenarnya Provinsi
Gorontalo lebih dahulu dikenal sejak zaman kolonial Belanda dengan kota-kota
tua yang dimilikinya selain Kota Gorontalo (Hulontalo), antara lain:
- Suwawa (asal kata Tuwawa)
- Limboto (asal kata Limutu)
- Tilamuta
- Kwandang
- Paguat (asal kata Pohuwato)
- Marisa
- Popayato
- Atinggola
Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo secara keseluruhan
memiliki 77 kecamatan serta 735 Desa/Kelurahan. Data ini akan terus mengalami
perubahan seiring dengan adanya rencana pemekaran daerah otonom baru (DOB) di
Provinsi Gorontalo yang diprediksi akan selesai pada tahun 2020 mendatang. Provinsi
Gorontalo menjadi salah satu daerah hasil pemekaran yang terbilang sukses.
Seperti halnya daerah lain, Provinsi Gorontalo pun memiliki berbagai julukan,
di antaranya:
- "Provinsi Agropolitan"
- "Bumi Maleo"
- "Provinsi Minapolitan"
- "Bumi Para Sastrawan"
- "The Hidden Paradise"
A.
Sejarah Gorontalo
Menurut catatan sejarah, Jazirah Semenanjung Gorontalo
(Gorontalo Peninsula) terbentuk kurang lebih 1300 tahun lalu, di mana Kerajaan
Suwawa telah ditemukan berdiri pada sekitar tahun 700 Masehi atau pada abad
ke-8 Masehi. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya makam para Raja di tepian hulu sungai Bulawa. Tidak hanya itu,
makam Raja Suwawa lainnya dapat kita temukan di hulu sungai Bone, yaitu makam
Raja Moluadu (salah seorang Raja di Kerajaan Suwawa) bersama dengan makam istrinya
dan anaknya. Namun, sebagai salah satu
jazirah tertua di Sulawesi dan Nusantara, Semenanjung Gorontalo pun tidak hanya
memiliki catatan sejarah pada prasasti makam-makam Rajanya dahulu, melainkan
pula memiliki situs prasejarah yang telah ditemukan. Situs Oluhuta, merupakan
sebuah situs prasejarah dan memiliki makam prasejarah di dalamnya. hal ini
dapat menjadi bukti bahwa Gorontalo telah memiliki peradaban yang sangat
lampau.
Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua
di Pulau Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare dan Manado. Diperkirakan, Kota Gorontalo sudah terbentuk
sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1500-an pada abad
ke-16. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama
Islam di Kawasan Timur Indonesia, selain Ternate (sekarang bagian dari Provinsi
Maluku Utara) dan Bone (sekarang bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan). Seiring
dengan penyebaran agama tersebut, Kota Gorontalo akhirnya menjadi pusat
pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah "Tomini-Bocht"
seperti Bolaang Mongondow
(Sulawesi utara), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi
Tenggara. Hal ini dikarenakan, Kota Gorontalo memiliki letak yang sangat
strategis, posisinya menghadap langsung ke Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi
(bagian utara).
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa
Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut
Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan
Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian
dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi
di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan
yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis
yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka
pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat
pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling
Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli
dan, Donggala dan Bolaang Mongondow. Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah
Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat
ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan
kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931)
daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
- Pohala'a Gorontalo
- Pohala'a Limboto
- Pohala'a Suwawa
- Pohala'a Boalemo
- Pohala'a Atinggola
Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh
Mr.C.Vollenhoven, maka Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat
di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah
"Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa
Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa
tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama
Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :
- Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi Hulontalo.
- Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang goa yang berjalan lalu lalang.
- Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
- Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
- Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
- Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
- Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi
asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata
"Hulontalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo
dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan
Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Sebelum kemerdekaan Republik
Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942.
Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944
wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik
ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan
inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI
sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo
mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu
pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942
dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal
saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi
rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI
Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang
untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan
"Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan
pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo
menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
Sistem
Pemerintahan
Pemerintahan di daerah Gorontalo
pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan adalah bersifat monarki
konstitusional, yang pada awal mula pembentukan kerajaan-kerajaan tersebut
berakar pada kekuasaan rakyat yang menjelmakan diri dalam kekuasaan Linula,
yang sesungguhnya menurutkan azas demokrasi. Organisasi pemerintahan dalam
kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerjasama yang disebut
"Buatula Totolu", yaitu :
- Buatula Bantayo; dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan garis-garis besar tujuan kerajaan.
- Buatula Bubato; dikepalai oleh Raja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha mensejahterakan masyarakat.
- Buatula Bala; yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Olongia Lo Lipu (Maha Raja Kerajaan)
adalah kepala pemerintahan tertinggi dalam kerajaan tetapi tidak berkuasa
mutlak. Ia dipilih oleh Bantayo Poboide dan dapat dipecat atau di mazulkan juga
oleh Bantayo Poboide. Masa jabatannya tidak ditentukan, tergantung dari
penilaian Bantayo Poboide. Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan tertinggi dlm
kerajaan berada dalam tangan Bantayo Poboide sebagai penjelmaan dari pd
kekuasaan rakyat.
Kebudayaan
Simbol
Daerah
Seperti halnya daerah lain di
Nusantara, Provinsi Gorontalo pun memiliki simbol pemaknaan harkat dan
martabat, baik itu melalui Hewan ataupun Tumbuhan. Adapun Simbol atau Lambang
Khas daerah Gorontalo yaitu:
Burung Maleo
- Sayap Burung Maleo
- Ukiran Bambu berkepala Buaya
- Pohon Pinang
Arsitektur
Ciri khas Suku Gorontalo (Hulontalo)
dapat diidentifikasi melalui desain arsitektur yang masih bisa kita jumpai
melalui dekorasi atap rumah maupun ukiran khas seperti di daerah lain di
Indonesia. kita dapat mengidentifikasi karakter/lambang khas arsitektur
Gorontalo melalui:
- Bentuk Atap menyerupai "Pelana", di mana ciri khas dari Rumah Gorontalo (Bele) adalah atap segitiga bersusun dua. Pada atap bagian pertama (bagian atas) lebih kecil daripada atap kedua (di bawah dari atap pertama). Atap yang paling atas melambangkan keteguhan Orang Gorontalo terhadap keesaan Tuhan dan menempatkan agama di atas segalanya. Sedangkan atap kedua, melambangkan keteguhan Orang Gorontalo terhadap Adat Istiadat serta Budaya yang mengalir deras di dalam darah dan kesehariannya.
- Bentuk Rumah Panggung (Bele), Rumah orang Gorontalo pada dasarnya sama dengan daerah lain di pulau Sulawesi yakni berbentuk Rumah Panggung. Filosofi dari Rumah Panggung Orang Gorontalo dianalogikan seperti bentuk tubuh manusia yang terdiri dari kepala, badan dan kaki. Jumlah Kamar biasanya hanya terdiri dari Kamar Anak Laki-laki yang berada di paling depan, Kamar Utama berada di tengah Rumah dan kamar anak perempuan berada di belakang. Dalam menerima tamu pun bila tamu laki-laki yang bukan mahramnya hanya diperbolehkan bertamu di beranda/teras rumah, sedangkan bila tamu perempuan yang bukan mahramnya harus diterima di dalam ruang pada ruang keluarga yang berada di tengah Rumah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari fitnah dari pertemuan laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
- Tiang Pelaminan yang memiliki batok kelapa bersusun-susun, tiang ini sangat identik dengan suku Gorontalo karena bentuknya yang unik dan mudah diingat. Bila melihatnya kita dapat langsung mengasosiasikannya dengan Adat Pernikahan Suku Gorontalo. Tiang khas Gorontalo ini sekarang dapat kita jumpai di bundaran Tugu Bandar Udara Djalaludin, Bundaran Selamat Datang (Hulontalo Indah) bahkan adapula yang menggunakannya sebagai ornamen pagar rumah dan pagar gedung instansi pemerintah.
- Gapura Gorontalo (Alikusu), Gapura Gorontalo atau dalam bahasa daerah disebut Alikusu merupakan salah satu arsitektur khas Gorontalo yang dapat kita jumpai di gerbang masuk kantor instansi pemerintah maupun swasta. di gerbang masuk rumah ibadah (Mesjid), Rumah Dinas Pemerintah serta di gerbang masuk jalan raya. Bentuknya yang khas dulunya dibuat dari bambu, namun seiring perkembangan zaman "Alikusu" (Gapura Gorontalo) telah dibuat dari bahan baku besi maupun alumunium agar tahan lama dan bisa digunakan setiap hari.
Lambang/identitas/karakter Suku
Gorontalo yang tercermin dari gaya arsitektur lokal menjadi nilai budaya yang
sangat tinggi dan luhur untuk dilestarikan. Adanya gaya arsitektural yang khas
ini akan jauh lebih baik bila diserap kedalam perencanaan tata bangunan
instansi pemerintah maupun tata bangunan masyarakat agar tidak punah ditelan
derasnya gaya arsitektur minimalis dewasa ini.
Rumah
adat
Dulohupa
Rumah Adat Dulohupa
Rumah adat Dulohupa merupakan sebuah
Rumah Adat Gorontalo yang berbentuk panggung dengan bentuk atap yang artistik
dan pilar-pilar kayu sebagai hiasannya. kedua tangganya terletak di sisi kiri
dan kanan merupakan gambaran tangga adat di sebut totihu. Di mana Rumah Adat
ini berfungsi sebagai Balai Musyawarah Adat Bandayo Dulohupa. Nama Dulohupa
berarti mufakat untuk memprogramkan rencana pembangunan daerah dan mengatasi
setiap permasalahan. Di dalam Rumah Adat ini digelar perlengkapan upacara adat
perkawinan berupa pelaminan, busana adat pengantin dan hiasan lainnya.
Bantayo
Po Boide
Rumah adat Gorontalo yang satu ini
bisa dijumpai berdiri gagah di depan rumah dinas Bupati Gorontalo. Dalam artian
harfiah, kata Bandayo berarti gedung atau juga bisa diartikan sebagai bangunan.
Sementara kata Pomboide atau Po Boide berarti sebagai tempat untuk
bermusyawarah. Jadi, meski merupakan dua bangunan berbeda, namun Doluhapa dan
Bandayo Pomboide memiliki fungsi yang kurang lebih sama. Dahulu, Bandayo
Pomboide ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan pagelaran budaya khas
Gorontalo. Berbeda dari Doluhapa, bagian dalam si Bandayo Pomboide ini memiliki
banyak sekat sehingga ada beragam ruangan dengan fungsi yang juga beragam.
Rumah
Adat Gobel
Rumah adat Gobel adalah salah satu
rumah adat yang berlokasi di Tapa, Bone Bolango.
Falsafah
Hidup
Selain menjadi salah satu suku
tertua di Nusantara, Suku Gorontalo pun menjadi salah satu dari 19 daerah adat
di Nusantara. Oleh karenanya, pasti memiliki kearifan lokal yang luhur. Seperti
peradaban lainnya, Masyarakat Gorontalo memiliki falsafah hidup yang di pegang
erat dan diyakini teguh dalam kehidupan sampai sekarang, di antaranya adalah:
- Aadati hula-hula to Sara', Sara' hula-hula to Kuru'ani (Adat bersendikan Syara', Syara' bersendikan Al-Quran)
- Mohuyula (Bahu membahu atau Bergotong royong)
- Mopotuwawu Kalibi, Kauli, wawu Pi'ili (Menyatukan Hati, Perkataan, dan Perbuatan)
- Batanga Pomaya, Nyawa Podungalo, Harata Potombulu (Jasad membela tanah air, Jiwa dipertaruhkan, Harta bagi kemaslahatan orang banyak)
- Lo Iya Lo Ta Uwa, Ta Uwa Loloiya, Bo'odila Polusia Hilawo (Pemimpin itu penuh dengan Kewibawaan, Maka tidaklah dirinya Sewenang-wenang)
Bahasa
daerah
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa
daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di
wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo,
Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa
Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga
menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa
Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Manado,
sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan Orang
Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa
daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus
Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia.
Selain itu, telah berhasil diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama
Republik Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan
bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan
muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan
ajar di Sekolah Dasar. Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di
masyarakat sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab
Gundul) akibat dari afiliasi agama Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo
sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai identitas kesukuan yang sangat tinggi
nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo".
Adapun contoh penggunaan bahasa
daerah dalam kehidupan sehari-hari yang harus tetap dilestarikan:
- Permisi.... = Tabi' ....
- Silahkan... = Toduwolo ....
- Terima Kasih... = Odu'olo ...
- Iya ... = Jo ... (Kata Jo digunakan oleh laki-laki saat menjawab sesuatu)
- Iya ... = Saaya ... (huruf 'a' diawal dibaca panjang, kata Saaya digunakan oleh perempuan saat menjawab sesuatu)
Kerajinan
Tangan
Setiap daerah pasti memiliki ciri
khasnya masing-masing. begitu pula dengan jazirah semenanjung Gorontalo.
Masyarakat Gorontalo memiliki ciri khas "sandang" atau pakaian
bersama aksesoris yang melengkapinya. Adapun kerajinan tangan khas masyarakat
Gorontalo yaitu:
- Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
- Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.
- Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat pada kain batik itu sendiri.
Senjata
tradisional
- Wamilo
- Bitu'o (sejenis Keris)
- Sabele (sejenis Parang atau Lilang)
- Travalla
Pakaian
Adat
- Bili'u
- Mukuta
Alat
Musik Tradisional
- Polopalo
- Gambusi
Tradisi
- Walima / Dikili
- Malam Tumbilotohe
Tarian
Adat
- Tari Dana – dana
Tari Dana Dana adalah salah satu tarian
tradisional dari daerah Gorontalo. Tarian ini termasuk jenis
tarian pergaulan masyarakat yang biasanya ditampilkan oleh penari pria maupun
penari wanita. Selain itu tarian ini juga merupakan perpaduan budaya Islam dan
budaya masyarakat setempat, hal itu terlihat dari gerakan penari dan
pengiringnya. Tari Dana Dana merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup
terkenal di Gorontalo dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti
penyambutan, perayaan hari besar dan lain-lain.
- Tari Saronde
Tari Saronde adalah tari pergaulan
keakraban dalam acara pertunangan. Tari pergaulan keakraban dalam acara resmi
pertunangan di Gorontalo. Tarian ini diangkat dari tari adat malam pertunangan
pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Tarian ini dilakukan di hadapan
calon mempelai wanita. Tentu penarinya adalah calon mempelai laki-laki bersama
orang tua atau walinya. Ini adalah cara orang Gorontalo menjenguk atau
mengintip calon pasangan hidupnya alias pengantin yang akan dipinangnya
Pariwisata
Provinsi Gorontalo sebagian besar
terdiri dari daerah pegunungan yang membentang dari utara ke selatan provinsi
ini. Panorama Pegunungan Gorontalo sangat menakjubkan. Gunung-gunung dan hutan
adalah rumah-rumah bagi flora dan fauna unik. Anoa,
tarsius, burung maleo, dan babi rusa adalah salah satu spesies langka yang
dapat Anda ditemukan di sini. Maleo, misalnya, adalah spesies burung yang
telurnya lebih besar dari tubuhnya sendiri. Sementara Tarsius adalah primata
terkecil di dunia, tetapi memiliki panjang sekitar 10 cm. Di hutan
Gorontalo terdapat pohon ebony, lingua, nantu, meranti, dan rotan. Di bagian
selatan laut Gorontalo, yaitu di Teluk Tomini, ada beberapa pulau kecil yang
tersebar. Pulau-pulau belum berpenghuni dan pasir putih sangat indah
mengelilingi. Teluk Tomini dilintasi
oleh garis khatulistiwa dan secara alami ditinggali oleh beragam jenis hewan
laut. Karena itu, Teluk Tomini adalah surga bagi para penyelam. Berikut adalah
beberapa obejek wisata ternama yang ada di Provinsi Gorontalo:
Kolam
Renang Potanga
Anda dapat juga mengunjungi sebuah
Kolam Renang Potanga yang terletak sekitar 4 km dari pusat kota Gorontalo.
Kolam airnya dingin dan segar, berasal dari mata air pegunungan alami. Selain
itu ada Pentadio Resort di sebelah utara Danau Limboto, 12 kilometer dari pusat Kota
Gorontalo. Resor ini memiliki spa yang lengkap, cottage, kolam renang, dan
kolam mata air panas.
Benteng
Otanaha
Benteng Otanaha
Pada masa lalu ini berupa
peninggalan bekas penjajahan portugis. Benteng Otanaha, digunakan para Raja Gorontalo
ini sebagai tempat perlindungan dan pertahanan. Keunikan benteng terlihat
adalah material yang digunakan untuk membangun benteng campuran pasir, plester,
dan putih telur Maleo. Pemandangan Danau Limboto dapat dilihat jelas dari sini,
karena letaknya di atas dataran tinggi. Tepatnya, di Dembe I, Kota Barat,
sekitar 8 km dari pusat kota Gorontalo. Ada dua benteng lagi yang terletak
di daerah yang sama, yaitu Otahiya
dan Istana
Ulupahu. Pengunjung harus melewati 345 anak tangga untuk
mencapainya.
Monumen
Nani Wartabone
Monumen Nani Wartabone. Ini adalah
monumen sejarah pahlawan lokal Gorontalo, bernama Nani Wartabone. Ia berperan penting dalam
perjuangan rakyatGorontalo. Monumen ini terletak di tengah Taman Taruna Remaja
Gorontalo.
Masjid
Hunto Sultan Amai
Masjid Hunto Sultan
Amai adalah salah satu masjid tertua di Gorontalo (300 tahun).
Masjid ini terletak di desa Siendeng di kota Gorontalo. Di masjid ini, ada
sumur dan beduk yang memiliki umur sama seperti Mesjid itu sendiri.
Pasir
Putih Leato
Pasir Putih Leato memiliki pantai
berpasir putih yang akan memberikan kesan meyegarkan untuk Anda. Di sini Anda
pun dapat melihat langsung proses perbaikan perahu kayu dengan cara
tradisional. Kehidupan bawah air di tempat ini cukup menarik. Karang-karang
yang indah, dan kapal ikan yang unik telah menjadi daya tarik bagi para
penyelam. Pantai ini terletak di Leato Utara, sekitar 12 km dari pusat
kota.
Danau
Limboto
Danau Limboto. Desa bernama Iluta,
berjarak 10 km dari pusat kota, menandai jalan masuk ke pula ini.
Karakteristik unik danau ini terletak karena memiliki berbagai jenis ikan air
tawar yang hanya dapat ditemukan di danau ini. Selain itu, di danau ini ada
sebuah lapangan pendaratan pesawat amfibi bernama Katelina, dahulu membawa
Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno.
Menara
Keagungan / Pakaya Tower
Menara Keagungan Limboto
Menara Keagungan merupakan sebuah
menara dengan ketinggian 60 meter. Pada bagian atas menara ini terdapat
teleskop untuk gunakan menjelajahi pemandangan yang indah dari Danau Limboto.
Di dalam menara ini Anda bisa melihat banyak cendera mata yang ditampilkan dan
beberapa restoran.
Tangga
2000 dan Jejak Kaki Lahilote
Di objek wisata Tangga 2000 dan Jejak
Lahilote ini. Anda akan menikmati keindahan Teluk Tomini. Di lokasi ada
fasilitas toko dan tempat rekreasi. Pohon-pohon kelapa rindang memberikan
suasana dingin di malam hari. Melihat sebuah batu besar yang terlihat seperti
jejak kaki manusia, "Lahilote", terletak di Pantai Indah Pohe, Kota
Selatan. Secara historis, Lahilote adalah jejak kaki dari seorang pria yang
menikah dengan seorang malaikat yang jatuh ke jatuh bumi.
Air
Terjun Ayuhulalo
Air terjun Ayuhulalo ini terletak di
desa Ayuhulalo (Ayuhulalo berarti hutan bulan), Tilamuta. Berada sekitar
5 km dari Kabupaten Boalemo. Lingkungannya segar karena terdapat hutan
hijau yang teduh dengan air segar disekitarnya.
Pantai
Indah Boalemo
Pantai Indah Boalemo memiliki pantai
pasir putih dengan air yang tenang dan jernih. Di sini Anda dapat merasa nyaman
dan rileks, berenang, berperahu, atau menyelam. Di sepanjang pantai, terdapat
kelapa dan pohon pinus. Selain itu, panati ini memiliki beberapa resort mewah.
Taman
Laut Bitilia
Taman Laut Bitilia memiliki beberapa
tempat menyelam dengan pemandangan bawah laut yang luar biasa indah. Tempat ini
hanya 15 menit dari Pantai Boalemo Indah.
Pantai
Bolihutuo
Sebagian besar Pantai Bolihutuo
ditumbuhi pohon pinus raksasa, pohon ini menciptakan suasana yang sejuk dan tenang
di sekitar pantai. Pasir putihnya yang tersebar di sekitar pantai membuat
keindahan pantai lebih lengkap. Tersedia juga beberapa cottage di sini.
Desa
Suku Bajo
Desa Suku Bajo (Tilamuta, Torosiaje, Popayato) di huni
oleh suku Bajo yang tinggal berkelompok dan memiliki budaya dan tradisi yang
unik. Mereka selalu membuat kerajinan di atas kapal dan bekerja sebagai
nelayan. Suku Bajo yang masih tinggal di perahu disebut "Bangau",
mereka pergi dari satu pulau ke pulau lain pada akhirnya kembali ke Pulau
Pantai Toro untuk budidaya mutiara dan rumput laut.
Pusat
Kerawang
Pusat industri kerajinan kerawang
(Karawo) adalah salah satu tempat penghasil kain kerajinan tradisional
Gorontalo yang indah.
Pemakaman
Suci Ju Panggola
Pemakaman suci Ju Panggola dibangun
abad ke-14 terletak di Kecamatan Dembe I, 8 km dari pusat Kota Barat di
kota Gorontalo. Orang Gorontalo yang tinggal di sekitar kuburan menganggap
pemakaman ini sebagai tempat suci karena memiliki karakteristik yang unik,
terkait dengan budaya Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan untuk
mengetahui bahwa banyak pengunjung melakukan meditasi di sekitar daerah
pemakaman.
Rumah
Adat Gorontalo
Rumah Adat Gorontalo merupakan rumah
tradisional terletak di pusat sub-distrik Limboto, Gorontalo. Secara harafiah
“Bantayo” berarti bangunan dan “Poboide” berarti tempat pertemuan. Bantayo
Poboide diambil selain sebagai budaya Gorontalo yang juga berfungsi sebagai
tempat untuk kegiatan seni dan budaya Gorontalo. Bantayo Poboide memiliki
banyak ruangan dan setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda. Ornamen yang di
dinding menyimbolkan setiap segi aktifitas penghuninya.
Pantai
Olele
Pantai ini merupakan pintu masuk ke
surga bawah laut. Kehidupan bawah laut yang indah dan menakjubkan ini telah
dikenal penyelam dari seluruh dunia.
Makanan
Khas
Makanan
khas Gorontalo yang juga sering disebut milu siram ini terbuat dari jagung
(atau disebut milu dalam bahasa gorontalo) manis pipilan. Makanan khas ini
dapat ditemukan diberbagai tempat di Gorontalo
- Ayam Iloni
- Milu Tongkol dan Gogu
- Nike / Perkedel
- Tili Aya
Fasilitas
Olahraga
- Lapangan Taruna Remaja
- Gelanggang Remaja / Stadion Merdeka Nani Wartabone
- Gelanggang Olahraga 23 Januari Telaga
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus