Selasa, 12 April 2016

Kebudayaan Gorontalo

kebudayaan gorontalo sulawesi utara
 










Nama                           : Rizka Andriani Muhamad
Kelas                           :  1 KA 08
Npm                            : 16115120





Latar Belakang
Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung Gorontalo (Hulontalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah di Era Reformasi, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000 dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia. Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota Hulontalo) yang terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah".
Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.435,00 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.097.990 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 88 jiwa/km². Provinsi Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis yang berbentuk Pohala'a (Keluarga), di antaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis Hulontalo), Pohala'a Suwawa (Etnis Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis Atinggola) yang seluruhnya dikategorikan kedalam suku Gorontalo atau Suku Hulontalo. Ditengarai, penyebaran Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya sekarang yang tersebar di seluruh dunia. Meskipun terbilang muda perihal pemekaran daerah, sebenarnya Provinsi Gorontalo lebih dahulu dikenal sejak zaman kolonial Belanda dengan kota-kota tua yang dimilikinya selain Kota Gorontalo (Hulontalo), antara lain:
  • Suwawa (asal kata Tuwawa)
  • Limboto (asal kata Limutu)
  • Tilamuta
  • Kwandang
  • Paguat (asal kata Pohuwato)
  • Marisa
  • Popayato
  • Atinggola
Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo secara keseluruhan memiliki 77 kecamatan serta 735 Desa/Kelurahan. Data ini akan terus mengalami perubahan seiring dengan adanya rencana pemekaran daerah otonom baru (DOB) di Provinsi Gorontalo yang diprediksi akan selesai pada tahun 2020 mendatang. Provinsi Gorontalo menjadi salah satu daerah hasil pemekaran yang terbilang sukses. Seperti halnya daerah lain, Provinsi Gorontalo pun memiliki berbagai julukan, di antaranya:
  • "Provinsi Agropolitan"
  • "Bumi Maleo"
  • "Provinsi Minapolitan"
  • "Bumi Para Sastrawan"
  • "The Hidden Paradise"

A.    Sejarah Gorontalo
Menurut catatan sejarah, Jazirah Semenanjung Gorontalo (Gorontalo Peninsula) terbentuk kurang lebih 1300 tahun lalu, di mana Kerajaan Suwawa telah ditemukan berdiri pada sekitar tahun 700 Masehi atau pada abad ke-8 Masehi.  Hal ini diperkuat dengan ditemukannya makam para Raja di tepian hulu sungai Bulawa. Tidak hanya itu, makam Raja Suwawa lainnya dapat kita temukan di hulu sungai Bone, yaitu makam Raja Moluadu (salah seorang Raja di Kerajaan Suwawa) bersama dengan makam istrinya dan anaknya.  Namun, sebagai salah satu jazirah tertua di Sulawesi dan Nusantara, Semenanjung Gorontalo pun tidak hanya memiliki catatan sejarah pada prasasti makam-makam Rajanya dahulu, melainkan pula memiliki situs prasejarah yang telah ditemukan. Situs Oluhuta, merupakan sebuah situs prasejarah dan memiliki makam prasejarah di dalamnya. hal ini dapat menjadi bukti bahwa Gorontalo telah memiliki peradaban yang sangat lampau.
Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Pulau Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare dan Manado. Diperkirakan, Kota Gorontalo sudah terbentuk sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1500-an pada abad ke-16. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Timur Indonesia, selain Ternate (sekarang bagian dari Provinsi Maluku Utara) dan Bone (sekarang bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan). Seiring dengan penyebaran agama tersebut, Kota Gorontalo akhirnya menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah "Tomini-Bocht" seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi utara), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Hal ini dikarenakan, Kota Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis, posisinya menghadap langsung ke Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow. Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
  • Pohala'a Gorontalo
  • Pohala'a Limboto
  • Pohala'a Suwawa
  • Pohala'a Boalemo
  • Pohala'a Atinggola
Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh Mr.C.Vollenhoven, maka Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah "Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :
  • Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi Hulontalo.
  • Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang goa yang berjalan lalu lalang.
  • Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
  • Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
  • Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
  • Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
  • Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata "Hulontalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
Sistem Pemerintahan
Pemerintahan di daerah Gorontalo pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan adalah bersifat monarki konstitusional, yang pada awal mula pembentukan kerajaan-kerajaan tersebut berakar pada kekuasaan rakyat yang menjelmakan diri dalam kekuasaan Linula, yang sesungguhnya menurutkan azas demokrasi. Organisasi pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerjasama yang disebut "Buatula Totolu", yaitu :
  • Buatula Bantayo; dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan garis-garis besar tujuan kerajaan.
  • Buatula Bubato; dikepalai oleh Raja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha mensejahterakan masyarakat.
  • Buatula Bala; yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Olongia Lo Lipu (Maha Raja Kerajaan) adalah kepala pemerintahan tertinggi dalam kerajaan tetapi tidak berkuasa mutlak. Ia dipilih oleh Bantayo Poboide dan dapat dipecat atau di mazulkan juga oleh Bantayo Poboide. Masa jabatannya tidak ditentukan, tergantung dari penilaian Bantayo Poboide. Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan tertinggi dlm kerajaan berada dalam tangan Bantayo Poboide sebagai penjelmaan dari pd kekuasaan rakyat.
Kebudayaan
Simbol Daerah
Seperti halnya daerah lain di Nusantara, Provinsi Gorontalo pun memiliki simbol pemaknaan harkat dan martabat, baik itu melalui Hewan ataupun Tumbuhan. Adapun Simbol atau Lambang Khas daerah Gorontalo yaitu:
Burung Maleo
  • Sayap Burung Maleo
  • Ukiran Bambu berkepala Buaya
  • Pohon Pinang
Arsitektur
Ciri khas Suku Gorontalo (Hulontalo) dapat diidentifikasi melalui desain arsitektur yang masih bisa kita jumpai melalui dekorasi atap rumah maupun ukiran khas seperti di daerah lain di Indonesia. kita dapat mengidentifikasi karakter/lambang khas arsitektur Gorontalo melalui:
  • Bentuk Atap menyerupai "Pelana", di mana ciri khas dari Rumah Gorontalo (Bele) adalah atap segitiga bersusun dua. Pada atap bagian pertama (bagian atas) lebih kecil daripada atap kedua (di bawah dari atap pertama). Atap yang paling atas melambangkan keteguhan Orang Gorontalo terhadap keesaan Tuhan dan menempatkan agama di atas segalanya. Sedangkan atap kedua, melambangkan keteguhan Orang Gorontalo terhadap Adat Istiadat serta Budaya yang mengalir deras di dalam darah dan kesehariannya.
  • Bentuk Rumah Panggung (Bele), Rumah orang Gorontalo pada dasarnya sama dengan daerah lain di pulau Sulawesi yakni berbentuk Rumah Panggung. Filosofi dari Rumah Panggung Orang Gorontalo dianalogikan seperti bentuk tubuh manusia yang terdiri dari kepala, badan dan kaki. Jumlah Kamar biasanya hanya terdiri dari Kamar Anak Laki-laki yang berada di paling depan, Kamar Utama berada di tengah Rumah dan kamar anak perempuan berada di belakang. Dalam menerima tamu pun bila tamu laki-laki yang bukan mahramnya hanya diperbolehkan bertamu di beranda/teras rumah, sedangkan bila tamu perempuan yang bukan mahramnya harus diterima di dalam ruang pada ruang keluarga yang berada di tengah Rumah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari fitnah dari pertemuan laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
  • Tiang Pelaminan yang memiliki batok kelapa bersusun-susun, tiang ini sangat identik dengan suku Gorontalo karena bentuknya yang unik dan mudah diingat. Bila melihatnya kita dapat langsung mengasosiasikannya dengan Adat Pernikahan Suku Gorontalo. Tiang khas Gorontalo ini sekarang dapat kita jumpai di bundaran Tugu Bandar Udara Djalaludin, Bundaran Selamat Datang (Hulontalo Indah) bahkan adapula yang menggunakannya sebagai ornamen pagar rumah dan pagar gedung instansi pemerintah.
  • Gapura Gorontalo (Alikusu), Gapura Gorontalo atau dalam bahasa daerah disebut Alikusu merupakan salah satu arsitektur khas Gorontalo yang dapat kita jumpai di gerbang masuk kantor instansi pemerintah maupun swasta. di gerbang masuk rumah ibadah (Mesjid), Rumah Dinas Pemerintah serta di gerbang masuk jalan raya. Bentuknya yang khas dulunya dibuat dari bambu, namun seiring perkembangan zaman "Alikusu" (Gapura Gorontalo) telah dibuat dari bahan baku besi maupun alumunium agar tahan lama dan bisa digunakan setiap hari.
Lambang/identitas/karakter Suku Gorontalo yang tercermin dari gaya arsitektur lokal menjadi nilai budaya yang sangat tinggi dan luhur untuk dilestarikan. Adanya gaya arsitektural yang khas ini akan jauh lebih baik bila diserap kedalam perencanaan tata bangunan instansi pemerintah maupun tata bangunan masyarakat agar tidak punah ditelan derasnya gaya arsitektur minimalis dewasa ini.
Rumah adat
Dulohupa

Rumah Adat Dulohupa
Rumah adat Dulohupa merupakan sebuah Rumah Adat Gorontalo yang berbentuk panggung dengan bentuk atap yang artistik dan pilar-pilar kayu sebagai hiasannya. kedua tangganya terletak di sisi kiri dan kanan merupakan gambaran tangga adat di sebut totihu. Di mana Rumah Adat ini berfungsi sebagai Balai Musyawarah Adat Bandayo Dulohupa. Nama Dulohupa berarti mufakat untuk memprogramkan rencana pembangunan daerah dan mengatasi setiap permasalahan. Di dalam Rumah Adat ini digelar perlengkapan upacara adat perkawinan berupa pelaminan, busana adat pengantin dan hiasan lainnya.
Bantayo Po Boide
Rumah adat Gorontalo yang satu ini bisa dijumpai berdiri gagah di depan rumah dinas Bupati Gorontalo. Dalam artian harfiah, kata Bandayo berarti gedung atau juga bisa diartikan sebagai bangunan. Sementara kata Pomboide atau Po Boide berarti sebagai tempat untuk bermusyawarah. Jadi, meski merupakan dua bangunan berbeda, namun Doluhapa dan Bandayo Pomboide memiliki fungsi yang kurang lebih sama. Dahulu, Bandayo Pomboide ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan pagelaran budaya khas Gorontalo. Berbeda dari Doluhapa, bagian dalam si Bandayo Pomboide ini memiliki banyak sekat sehingga ada beragam ruangan dengan fungsi yang juga beragam.
Rumah Adat Gobel
Rumah adat Gobel adalah salah satu rumah adat yang berlokasi di Tapa, Bone Bolango.
Falsafah Hidup
Selain menjadi salah satu suku tertua di Nusantara, Suku Gorontalo pun menjadi salah satu dari 19 daerah adat di Nusantara. Oleh karenanya, pasti memiliki kearifan lokal yang luhur. Seperti peradaban lainnya, Masyarakat Gorontalo memiliki falsafah hidup yang di pegang erat dan diyakini teguh dalam kehidupan sampai sekarang, di antaranya adalah:
  • Aadati hula-hula to Sara', Sara' hula-hula to Kuru'ani (Adat bersendikan Syara', Syara' bersendikan Al-Quran)
  • Mohuyula (Bahu membahu atau Bergotong royong)
  • Mopotuwawu Kalibi, Kauli, wawu Pi'ili (Menyatukan Hati, Perkataan, dan Perbuatan)
  • Batanga Pomaya, Nyawa Podungalo, Harata Potombulu (Jasad membela tanah air, Jiwa dipertaruhkan, Harta bagi kemaslahatan orang banyak)
  • Lo Iya Lo Ta Uwa, Ta Uwa Loloiya, Bo'odila Polusia Hilawo (Pemimpin itu penuh dengan Kewibawaan, Maka tidaklah dirinya Sewenang-wenang)
Bahasa daerah
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan Orang Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi agama Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo".
Adapun contoh penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari yang harus tetap dilestarikan:
  • Permisi.... = Tabi' ....
  • Silahkan... = Toduwolo ....
  • Terima Kasih... = Odu'olo ...
  • Iya ... = Jo ... (Kata Jo digunakan oleh laki-laki saat menjawab sesuatu)
  • Iya ... = Saaya ... (huruf 'a' diawal dibaca panjang, kata Saaya digunakan oleh perempuan saat menjawab sesuatu)
Kerajinan Tangan
Setiap daerah pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. begitu pula dengan jazirah semenanjung Gorontalo. Masyarakat Gorontalo memiliki ciri khas "sandang" atau pakaian bersama aksesoris yang melengkapinya. Adapun kerajinan tangan khas masyarakat Gorontalo yaitu:
  1. Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
  2. Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.
  3. Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat pada kain batik itu sendiri.
Senjata tradisional
  • Wamilo
  • Bitu'o (sejenis Keris)
  • Sabele (sejenis Parang atau Lilang)
  • Travalla
Pakaian Adat
  • Bili'u
  • Mukuta
Alat Musik Tradisional
  • Polopalo
  • Gambusi
Tradisi
  • Walima / Dikili
  • Malam Tumbilotohe
Tarian Adat
  • Tari Dana – dana
Tari Dana Dana adalah salah satu tarian tradisional dari daerah Gorontalo. Tarian ini termasuk jenis tarian pergaulan masyarakat yang biasanya ditampilkan oleh penari pria maupun penari wanita. Selain itu tarian ini juga merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya masyarakat setempat, hal itu terlihat dari gerakan penari dan pengiringnya. Tari Dana Dana merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Gorontalo dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan, perayaan hari besar dan lain-lain.
  • Tari Saronde
Tari Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara pertunangan. Tari pergaulan keakraban dalam acara resmi pertunangan di Gorontalo. Tarian ini diangkat dari tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Tarian ini dilakukan di hadapan calon mempelai wanita. Tentu penarinya adalah calon mempelai laki-laki bersama orang tua atau walinya. Ini adalah cara orang Gorontalo menjenguk atau mengintip calon pasangan hidupnya alias pengantin yang akan dipinangnya
Pariwisata
Provinsi Gorontalo sebagian besar terdiri dari daerah pegunungan yang membentang dari utara ke selatan provinsi ini. Panorama Pegunungan Gorontalo sangat menakjubkan. Gunung-gunung dan hutan adalah rumah-rumah bagi flora dan fauna unik. Anoa, tarsius, burung maleo, dan babi rusa adalah salah satu spesies langka yang dapat Anda ditemukan di sini. Maleo, misalnya, adalah spesies burung yang telurnya lebih besar dari tubuhnya sendiri. Sementara Tarsius adalah primata terkecil di dunia, tetapi memiliki panjang sekitar 10 cm. Di hutan Gorontalo terdapat pohon ebony, lingua, nantu, meranti, dan rotan. Di bagian selatan laut Gorontalo, yaitu di Teluk Tomini, ada beberapa pulau kecil yang tersebar. Pulau-pulau belum berpenghuni dan pasir putih sangat indah mengelilingi. Teluk Tomini dilintasi oleh garis khatulistiwa dan secara alami ditinggali oleh beragam jenis hewan laut. Karena itu, Teluk Tomini adalah surga bagi para penyelam. Berikut adalah beberapa obejek wisata ternama yang ada di Provinsi Gorontalo:
Kolam Renang Potanga
Anda dapat juga mengunjungi sebuah Kolam Renang Potanga yang terletak sekitar 4 km dari pusat kota Gorontalo. Kolam airnya dingin dan segar, berasal dari mata air pegunungan alami. Selain itu ada Pentadio Resort di sebelah utara Danau Limboto, 12 kilometer dari pusat Kota Gorontalo. Resor ini memiliki spa yang lengkap, cottage, kolam renang, dan kolam mata air panas.
Benteng Otanaha

Benteng Otanaha
Pada masa lalu ini berupa peninggalan bekas penjajahan portugis. Benteng Otanaha, digunakan para Raja Gorontalo ini sebagai tempat perlindungan dan pertahanan. Keunikan benteng terlihat adalah material yang digunakan untuk membangun benteng campuran pasir, plester, dan putih telur Maleo. Pemandangan Danau Limboto dapat dilihat jelas dari sini, karena letaknya di atas dataran tinggi. Tepatnya, di Dembe I, Kota Barat, sekitar 8 km dari pusat kota Gorontalo. Ada dua benteng lagi yang terletak di daerah yang sama, yaitu Otahiya dan Istana Ulupahu. Pengunjung harus melewati 345 anak tangga untuk mencapainya.
Monumen Nani Wartabone
Monumen Nani Wartabone. Ini adalah monumen sejarah pahlawan lokal Gorontalo, bernama Nani Wartabone. Ia berperan penting dalam perjuangan rakyatGorontalo. Monumen ini terletak di tengah Taman Taruna Remaja Gorontalo.
Masjid Hunto Sultan Amai
Masjid Hunto Sultan Amai adalah salah satu masjid tertua di Gorontalo (300 tahun). Masjid ini terletak di desa Siendeng di kota Gorontalo. Di masjid ini, ada sumur dan beduk yang memiliki umur sama seperti Mesjid itu sendiri.
Pasir Putih Leato
Pasir Putih Leato memiliki pantai berpasir putih yang akan memberikan kesan meyegarkan untuk Anda. Di sini Anda pun dapat melihat langsung proses perbaikan perahu kayu dengan cara tradisional. Kehidupan bawah air di tempat ini cukup menarik. Karang-karang yang indah, dan kapal ikan yang unik telah menjadi daya tarik bagi para penyelam. Pantai ini terletak di Leato Utara, sekitar 12 km dari pusat kota.
Danau Limboto
Danau Limboto. Desa bernama Iluta, berjarak 10 km dari pusat kota, menandai jalan masuk ke pula ini. Karakteristik unik danau ini terletak karena memiliki berbagai jenis ikan air tawar yang hanya dapat ditemukan di danau ini. Selain itu, di danau ini ada sebuah lapangan pendaratan pesawat amfibi bernama Katelina, dahulu membawa Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno.
Menara Keagungan / Pakaya Tower


Menara Keagungan Limboto
Menara Keagungan merupakan sebuah menara dengan ketinggian 60 meter. Pada bagian atas menara ini terdapat teleskop untuk gunakan menjelajahi pemandangan yang indah dari Danau Limboto. Di dalam menara ini Anda bisa melihat banyak cendera mata yang ditampilkan dan beberapa restoran.
Tangga 2000 dan Jejak Kaki Lahilote
Di objek wisata Tangga 2000 dan Jejak Lahilote ini. Anda akan menikmati keindahan Teluk Tomini. Di lokasi ada fasilitas toko dan tempat rekreasi. Pohon-pohon kelapa rindang memberikan suasana dingin di malam hari. Melihat sebuah batu besar yang terlihat seperti jejak kaki manusia, "Lahilote", terletak di Pantai Indah Pohe, Kota Selatan. Secara historis, Lahilote adalah jejak kaki dari seorang pria yang menikah dengan seorang malaikat yang jatuh ke jatuh bumi.
Air Terjun Ayuhulalo
Air terjun Ayuhulalo ini terletak di desa Ayuhulalo (Ayuhulalo berarti hutan bulan), Tilamuta. Berada sekitar 5 km dari Kabupaten Boalemo. Lingkungannya segar karena terdapat hutan hijau yang teduh dengan air segar disekitarnya.
Pantai Indah Boalemo
Pantai Indah Boalemo memiliki pantai pasir putih dengan air yang tenang dan jernih. Di sini Anda dapat merasa nyaman dan rileks, berenang, berperahu, atau menyelam. Di sepanjang pantai, terdapat kelapa dan pohon pinus. Selain itu, panati ini memiliki beberapa resort mewah.
Taman Laut Bitilia
Taman Laut Bitilia memiliki beberapa tempat menyelam dengan pemandangan bawah laut yang luar biasa indah. Tempat ini hanya 15 menit dari Pantai Boalemo Indah.
Pantai Bolihutuo
Sebagian besar Pantai Bolihutuo ditumbuhi pohon pinus raksasa, pohon ini menciptakan suasana yang sejuk dan tenang di sekitar pantai. Pasir putihnya yang tersebar di sekitar pantai membuat keindahan pantai lebih lengkap. Tersedia juga beberapa cottage di sini.
Desa Suku Bajo
Desa Suku Bajo (Tilamuta, Torosiaje, Popayato) di huni oleh suku Bajo yang tinggal berkelompok dan memiliki budaya dan tradisi yang unik. Mereka selalu membuat kerajinan di atas kapal dan bekerja sebagai nelayan. Suku Bajo yang masih tinggal di perahu disebut "Bangau", mereka pergi dari satu pulau ke pulau lain pada akhirnya kembali ke Pulau Pantai Toro untuk budidaya mutiara dan rumput laut.
Pusat Kerawang
Pusat industri kerajinan kerawang (Karawo) adalah salah satu tempat penghasil kain kerajinan tradisional Gorontalo yang indah.
Pemakaman Suci Ju Panggola
Pemakaman suci Ju Panggola dibangun abad ke-14 terletak di Kecamatan Dembe I, 8 km dari pusat Kota Barat di kota Gorontalo. Orang Gorontalo yang tinggal di sekitar kuburan menganggap pemakaman ini sebagai tempat suci karena memiliki karakteristik yang unik, terkait dengan budaya Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan untuk mengetahui bahwa banyak pengunjung melakukan meditasi di sekitar daerah pemakaman.
Rumah Adat Gorontalo
Rumah Adat Gorontalo merupakan rumah tradisional terletak di pusat sub-distrik Limboto, Gorontalo. Secara harafiah “Bantayo” berarti bangunan dan “Poboide” berarti tempat pertemuan. Bantayo Poboide diambil selain sebagai budaya Gorontalo yang juga berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan seni dan budaya Gorontalo. Bantayo Poboide memiliki banyak ruangan dan setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda. Ornamen yang di dinding menyimbolkan setiap segi aktifitas penghuninya.
Pantai Olele
Pantai ini merupakan pintu masuk ke surga bawah laut. Kehidupan bawah laut yang indah dan menakjubkan ini telah dikenal penyelam dari seluruh dunia.
Makanan Khas
Makanan khas Gorontalo yang juga sering disebut milu siram ini terbuat dari jagung (atau disebut milu dalam bahasa gorontalo) manis pipilan. Makanan khas ini dapat ditemukan diberbagai tempat di Gorontalo
  • Ayam Iloni
  • Milu Tongkol dan Gogu
  • Nike / Perkedel
  • Tili Aya
Fasilitas Olahraga
  • Lapangan Taruna Remaja
  • Gelanggang Remaja / Stadion Merdeka Nani Wartabone
  • Gelanggang Olahraga 23 Januari Telaga

1 komentar: